Minggu, 21 Juni 2015

Langit diatas Langit



Di mana saja kita berada, langit selalu di atas kita. Setidaknya kita akan menunjuk ke atas ketika kita ditanya, di mana langit? Ketika seseorang bertanya kepada Nabi Muhammad saw, di mana Allah berada? Nabi tersebut balik bertanya kepadanya, kalau menurut Anda, Allah di mana? Orang itu menunjuk ke arah langit dan Nabi bersikap tidak menyalahkannya.

Kalau Allah ada di langit, di langit ke berapa Dia berada? Bukankah kita dikenalkan tentang beberapa tingkatan langit?

Ketika Nabi Muhammad saw diperjalankan pada suatu malam, peristiwa itu terkenal sebagai peristiwa Isra-Mikraj Nabi Muhammad, malaikat Jibril yang menjemput dan menemaninya, membawa Nabi tersebut menembus petala langit sampai ke suatu tempat yang disebut dalam Alquran sebagai Sidrah al-Muntaha (Terminal Terakhir).

Di antara info menarik Isra Mikraj adalah bahwa Nabi Muhammad saw bertemu dengan para nabi seniornya di tingkatan-tingkatan langit yang berbeda. Info itu mengundang pertanyaan hipotesis, apakah orang yang sudah mati tempatnya di langit? Apa sesungguhnya langit itu?

Para ahli agama mencoba memahami langit berdasarkan info dari kitab suci yang diyakini berasal dari langit. Para ahli ilmu fisika membangun teori-teori tentang langit. Ada pertanyaan menggoda: apakah langit bertepi dan kalau bertepi, apakah di sebelahnya? Atau, langit tidak bertepi, melainkan berkembang terus tiada henti! Akh, langit ternyata adalah suatu misteri yang mengandung banyak misteri di dalamnya.

Agama yang diwahyukan dari langit juga membawa berita yang di antaranya mengandung misteri. Agama melahirkan bangunan budaya tempat beribadah yang disebut kuil, pura, sinagog, gereja, masjid, dan lain-lain. Agama melahirkan beragam-ragam simbol yang disakralkan. Agama bukan etnis, tapi melekat bagai etnis.

Bahkan agama bisa merekat etnis yang berbeda. Agama mengajak bersujud ke tanah dengan kesadaran dari langit. Selain mengandung keunikan, agama-agama memiliki kesamaan. Agama-agama sama membawa kabar dari langit tentang Tuhan, tentang nabi-nabi, tentang malaikat, tentang setan, tentang iblis, tentang jin, tentang hidup setelah mati, tentang makna kehidupan, tentang kebajikan, dan banyak lagi yang lain sama-sama dikabarkan oleh agama-agama.

Kalau begitu, kabar, terutama yang misteri dari agama, seharusnya dipelajari dan dikaji dengan cara yang benar dan dengan pikiran jernih. Kabar yang berlimpah-limpah dari kitab suci tidak justru membuat penganut agama kepanikan dan kehilangan akal sehat. Klaim kebenaran dan konflik agama yang tidak sehat, sebagai yang pernah terjadi di tahun sebelumnya, adalah contoh beragama secara panik dan dengan pikiran yang tidak jernih.

Tahun 2011 membuka lembaran baru bagi semua penganut agama-agama untuk semakin bersujud ke tanah dengan kesadaran langit. Hubungan agama-agama tahun 2011 terserah kepada para penganutnya. Apakah hubungan internal dan lintas agama akan mengambil corak langit cerah atau langit mendung, ya, terserah kepada mereka yang disucikan oleh agama atau mereka yang “sok” suci. (**)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar