Minggu, 21 Juni 2015

Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail



Ibrahim dilahirkan di Babylonia, bagian selatan Mesoptamia (sekarang Irak). Ayahnya bernama Azar, seorang ahli pembuat dan penjual patung.
Nabi Ibrahim AS dihadapkan pada suatu kaum yang rusak, yang dipimpin oleh Raja Namrud, seorang raja yang sangat ditakuti rakyatnya dan menganggap dirinya sebagai Tuhan.
Sejak kecil Nabi Ibrahim AS selalu tertarik memikirkan kejadian-kejadian alam. Ia menyimpulkan bahwa keajaiban-keajaiban tsb pastilah diatur oleh satu kekuatan yang Maha Kuasa.
Semakin beranjak dewasa, Ibrahim mulai berbaur dengan masyarakat luas. Salah satu bentuk ketimpangan yang dilihatnya adalah besarnya perhatian masyarakat terhadap patung-patung.

Nabi Ibrahim AS yang telah berketetapan hati untuk menyembah Allah SWT dan menjauhi berhala, memohon kepada Allah SWT agar kepadanya diperlihatkan kemampuan-Nya menghidupkan makhluk yang telah mati. Tujuannya adalah untuk mempertebal iman dan keyakinannya.
Allah SWT memenuhi permintaannya. Atas petunjuk Allah SWT, empat ekor burung dibunuh dan tubuhnya dilumatkan serta disatukan. Kemudian tubuh burung-burung itu dibagi menjadi empat dan masing-masing bagian diletakkan di atas puncak bukit yang terpisah satu sama lain. Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk memanggil burung-burung tsb. Atas kuasa-Nya, burung yang sudah mati dan tubuhnya tercampur itu kembali hidup. Hilanglah segenap keragu-raguan hati Ibrahim AS tentang kebesaran Allah SWT.

Ibrahim menghancurkan berhala kaum Babylonia
Orang pertama yang mendapat dakwah Nabi Ibrahim AS adalah Azar, ayahnya sendiri. Azar sangat marah mendengar pernyataan bahwa anaknya tidak mempercayai berhala yang disembahnya, bahkan mengajak untuk memasuki kepercayaan baru menyembah Allah SWT. Ibrahim pun diusir dari rumah.
Ibrahim merencanakan untuk membuktikan kepada kaumnya tentang kesalahan mereka menyembah berhala. Kesempatan itu diperolehnya ketika penduduk Babylonia merayakan suatu hari besar dengan tinggal di luar kota selama berhari-hari. Ibrahim lalu memasuki tempat peribadatan kaumnya dan merusak semua berhala yang ada, kecuali sebuah patung yang besar. Oleh Ibrahim, di leher patung itu dikalungkan sebuah kapak.

Mukjizat Allah: Api menjadi dingin
Akibat perbuatannya ini, Ibrahim ditangkap dan diadili. Namun ia menyatakan bahwa patung yang berkalung kapak itulah yang menghancurkan berhala-berhala mereka dan menyarankan para hakim untuk bertanya kepadanya. Tentu saja para hakim mengatakan bahwa berhala tidak mungkin dapat ditanyai. Saat itulah Nabi Ibrahim AS mengemukakan pemikirannya yang berisi dakwah menyembah Allah SWT.
Hakim memutuskan Ibrahim harus dibakar hidup-hidup sebagai hukumannya. Saat itulah mukjizat dari Allah SWT turun. Atas perintah Allah, api menjadi dingin dan Ibrahim pun selamat. Sejumlah orang yang menyaksikan kejadian ini mulai tertarik pada dakwah Ibrahim AS, namun mereka merasa takut pada penguasa.
Langkah dakwah Nabi Ibrahim AS benar-benar dibatasi oleh Raja Namrud dan kaki tangannya. Karena melihat kesempatan berdakwah yang sangat sempit, Ibrahim AS meninggalkan tanah airnya menuju Harran, suatu daerah di Palestina. Di sini ia menemukan penduduk yang menyembah binatang. Penduduk di wilayah ini menolak dakwah Nabi Ibrahim AS. Ibrahim AS yang saat itu telah menikah dengan Siti Sarah kemudian berhijrah ke Mesir. Di tempat ini Nabi Ibrahim AS berniaga, bertani, dan beternak. Kemajuan usahanya membuat iri penduduk Mesir sehingga ia pun kembali ke Palestina.

Ibrahim menikahi Siti Hajar
Setelah bertahun-tahun menikah, pasangan Ibrahim dan Sarah tak kunjung dikaruniai seorang anak. Untuk memperoleh keturunan, Sarah mengizinkan suaminya untuk menikahi Siti Hajar, pembantu mereka. Dari pernikahan ini, lahirlah Ismail yang kemudian juga menjadi nabi.

Ketika Nabi Ibrahim AS berusia 90 tahun, datang perintah Allah SWT agar ia meng-khitan dirinya, Ismail yang saat itu berusia 13 tahun, dan seluruh anggota keluarganya. Perintah ini segera dijalankan Nabi Ibrahim AS dan kemudian menjadi hal yang dijalankan nabi-nabi berikutnya hingga umat Nabi Muhammad SAW.

Allah SWT juga memerintahkan Ibrahim AS untuk memperbaiki Ka’bah (Baitullah). Saat itu bangunan Ka’bah sebagai rumah suci sudah berdiri di Mekah. Bangunan ini diperbaikinya bersama Ismail AS. Hal ini dijelaskan dalam Al Qur’an surat Al-Baqarah ayat 127.

Ibrahim AS adalah nenek moyang bangsa Arab dan Israel. Keturunannya banyak yang menjadi nabi. Dalam riwayat dikatakan bahwa usia Nabi Ibrahim AS mencapai 175 tahun. Kisah Nabi Ibrahim AS terangkum dalam Al Qur’an, diantaranya surat Maryam: 41-48, Al-Anbiyâ: 51-72, dan Al-An’âm: 74-83.

Nabi Ibrahim mengasingkan Hajar dan anaknya
Dengan kelahiran bayi Ismail, Siti Sarah, istri pertama Nabi Ibrahim AS, berangsur-angsur merasa cemburu sehingga ia meminta kepada suaminya agar memindahkan Hajar dan anaknya ke suatu tempat yang jauh. Atas wahyu dari Allah SWT, Ibrahim AS memenuhi kehendak istrinya. Ia kemudian memindahkan Hajar dan bayinya ke tengah padang pasir di Mekah, dekat sebuah bangunan suci yang kemudian dikenal sebagai Ka’bah. Ia kemudian meninggalkan keduanya di tempat itu karena harus kembali ke Palestina untuk menemui Sarah. Dalam perjalanan pulang itu Ibrahim tak henti-hentinya memanjatkan doa memohon keselamatan bagi istri dan putra yang ditinggalkannya.

Dahulu, Nabi Ibrahim ‘alahi salam membawa istrinya Hajar dan putra beliau Ismail ke daerah Makkah. Pada saat itu, Hajar dalam keadaan menyusui putranya.

Nabi Ibrahim kemudian menempatkan Hajar dan Ismail ke sebuah tempat di samping pohon besar. Pada saat itu, di tempat tersebut tidaklah terdapat seorang pun dan tidak pula ada air. Nabi Ibrahim kemudian meninggalkan keduanya beserta geribah yang di dalamnya terdapat kurma, serta bejana yang berisi air.

Ketika Nabi Ibrahim hendak pergi, Hajar mengikuti beliau seraya bertanya, “Wahai Ibrahim, ke manakah engkau akan pergi? Apakah engkau akan meninggalkan kami padahal di lembah ini tidak terdapat seorang pun dan tidak ada makanan apa pun?”

Hajar mengucapkannya berkali-kali, namun Nabi Ibrahim tidak menghiraukannya. Hajar kemudian bertanya, “Apakah Allah yang memerintahkan engkau berbuat ini?” Nabi Ibrahim kemudian menjawab, “Iya.” Hajar lalu berkata, “Dia tidak akan membiarkan kami.” Hajar kemudian kembali.

Di daerah Tsaniah, ketika sosok beliau hilang dari pandangan keluarga yang beliau tinggalkan, Nabi Ibrahim berdoa,

“Ya Rabb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Rabb Kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.”

Ketika persedian air mereka habis, Hajar pun mencari air untuk dia dan putranya. Dia pergi ke bukit Shafa, mencari-cari adakah orang di sana, namun dia tidak menemukan siapa pun di sana.

Hajar pun kemudian pergi ke Marwah dan mencari-cari orang pula di sana. Dia juga tidak mendapati seorang pun.

Hajar berulang-ulang pergi dari Shafa ke Marwah, sebaliknya dari Marwah ke Shafa sampai tujuh kali. Oleh karena itu, di dalam ibadah haji ada yang namanya Sai, yaitu berlari-lari kecil dari Shafa ke Marwa dan sebaliknya sampai tujuh kali.

Sampai ke Marwah, Hajar mendengar suara. Lalu dia berkata, “Diamlah”. Dia mendengar suara itu, lalu mencari sumber suara itu dan berkata, “Aku telah mendengarmu, apakah engkau dapat memberikan bantuan?”

Ternyata dia berada bersama malaikat di tempat di mana terdapat air zam-zam. Lalu, malaikat itu mengais-ngais tanah hingga akhirnya muncul air. Selanjutnya, ia pun menuruni air tersebut, mengisi bejananya dan kembali ke putranya Ismail, kemudian menyusuinya.

Malaikat lalu berkata kepada Hajar, “Janganlah engkau takut disia-siakan, karena di sini akan dibangun sebuah rumah oleh anak ini dan bapaknya. Dan sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan keluarganya”

Nabi Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih Putranya
Ismail yang sudah beranjak remaja sangat menggembirakan hati Ibrahim, namun kegembiraan itu tiba-tiba buyar karena perintah Allah SWT lewat mimpinya yang meminta agar anak kesayangannya itu disembelih. Mula-mula Ibrahim sangat sedih menerima mimpi itu, namun sebagai orang yang saleh dan taat ia berniat menjalankan perintah Allah SWT tsb dan kemudian menyampaikan berita itu kepada putranya. Tanpa ragu, Ismail meminta ayahnya untuk melaksanakan perintah itu.
Pada akhirnya, ketika hal tsb dilaksanakan, Allah SWT mengganti Ismail dengan seekor kambing. Peristiwa ini selalu diperingati setiap tahun dengan anjuran menyembelih hewan kurban pada hari Idul Adha.

Kehidupan Nabi Ismail
Setelah beberapa waktu berlalu, serombongan suku Jurhum datang ke tempat tersebut dan tinggal di sekitar air zam-zam bersama Hajar dan Ismail. Ini semua mereka lakukan atas izin dari Hajar.
Nabi Ismail pun beranjak dewasa dan belajar Bahasa Arab dari Suku Jurhum tersebut. Beliau juga menikah dengan salah seorang wanita mereka. Diceritakan pula bahwa Hajar kemudian meninggal dunia.

Pada suatu saat, Nabi Ibrahim datang ingin menjenguk Nabi Ismail ‘alaihimassalam. Namun, beliau hanya menemui istri Nabi Ismail saja.
Nabi Ibrahim bertanya kepada wanita tersebut ke mana kiranya Nabi Ismail pergi. Istrinya menjawab, “Dia sedang mencari nafkah untuk kami.”
Nabi Ibrahim lalu bertanya tentang keadaan mereka. Istri Nabi Ismail menjawab, “Kami dalam kondisi yang jelek dan hidup dalam kesempitan dan kemiskinan.”
Mendengar jawaban tersebut, sebelum pulang Nabi Ibrahim berpesan kepada wanita itu untuk menyampaikan salam kepada Nabi Ismail dan berpesan agar Nabi Ismail mengganti pegangan pintunya.
Setelah Nabi Ismail kembali ke rumah, istrinya pun menceritakan peristiwa tadi dan menyampaikan pesan Nabi Ibrahim kepada suaminya.
Mendengar hal tersebut, Nabi Ismail pun berkata kepada istrinya, “Itu tadi adalah bapakku. Ia menyuruhku untuk menceraikanmu, maka kembalilah engkau kepada orang tuamu.”
Nabi Ismail pun menceraikan istrinya tadi sesuai dengan pesan Nabi Ibrahim dan kemudian menikah lagi dengan seorang wanita dari Bani Jurhum juga.

Setelah beberapa waktu berlalu, Nabi Ibrahim kemudian kembali mengunjungi Nabi Ismail. Namun, Nabi Ismail tidak ada di rumah. Nabi Ibrahim pun menemui istri Nabi Ismail yang baru.
Beliau bertanya dimana Nabi Ismail sekarang. Istrinya menjawab bahwa Nabi Ismail sedang mencari nafkah.
Nabi Ibrahim juga bertanya tentang keadaan mereka. Wanita itu menjawab bahwa keadaan mereka baik-baik saja dan berkecukupan, sambil kemudian memuji Allah azza wa jalla.
Nabi Ibrahim lalu bertanya tentang makanan serta minuman mereka. Wanita itu menjawab bahwa makanan mereka adalah daging, adapun minuman mereka adalah air. Maka Nabi Ibrahim mendoakan kedua hal ini, “Ya Allah berkatilah mereka pada daging dan air.”
Setelah itu, Nabi Ibrahim pun pergi dari rumah Nabi Ismail. Namun, sebelumnya beliau berpesan kepada wanita itu agar Nabi Ismail memperkokoh pegangan pintunya.
Ketika Nabi Ismail pulang, beliau bertanya kepada istrinya, “Adakah tadi orang yang bertamu?”
Istrinya menjawab, “Ada, seorang tua yang berpenampilan bagus.” Dia memuji Nabi Ibrahim.
“Ia bertanya kepadaku tentang dirimu, maka aku jelaskan keadaanmu kepadanya. Dia juga bertanya tentang kehidupan kita, dan aku jawab bahwa kehidupan kita baik-baik saja.”
Nabi Ismail kemudian bertanya, “Apakah dia memesankan sesuatu kepadamu?”
Istrinya kembali menjawab, “Ya. Ia menyampaikan salam kepadamu dan menyuruhku mengokohkan pegangan pintumu.”
Nabi Ismail berkata, “Itu adalah ayahku dan engkau adalah pegangan pintu tersebut. Beliau menyuruhku untuk tetap menikahimu (menjagamu).”

Waktu pun berlalu. Suatu saat ketika Nabi Ismail sedang meraut anak panah, Nabi Ibrahim pun datang. Nabi Ismail pun bangkit menyambutnya, dan mereka pun saling melepaskan rindu.
Selanjutnya, Nabi Ibrahim berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya Allah menyuruhku menjalankan perintah.”
Ismail menjawab, “Lakukanlah apa yang diperintahkan Rabbmu.”
“Apakah engkau akan membantuku?”, Tanya Nabi Ibrahim kembali.
“Aku pasti akan membantumu.” seru Ismail.
Nabi Ibrahim kemudian menunjuk ke tumpukan tanah yang lebih tinggi dari yang sekitarnya. Beliau berkata, “Sesungguhnya Allah menyuruhku membuat suatu rumah di sini.”
Pada saat itulah, keduanya kemudian meninggikan pondasi Baitullah. Ismail mulai mengangkut batu, sementara Ibrahim memasangnya.
Setelah bangunan tinggi, Ismail membawakan sebuah batu untuk menjadi pijakan bagi Nabi Ibrahim. Batu inilah yang akhirnya disebut sebagai maqam (tempat berdiri) Nabi Ibrahim.
Mereka pun terus bekerja sembari mengucapkan doa, “Wahai Rabb kami terimalah dari kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Sampai akhirnya tuntaslah pembangunan baitullah itu. Ka’bah pun akhirnya berdiri di bumi Allah ‘azza wa jalla.(*)

Al Hajarul Aswad
Menurut riwayat, sejak Batu Hajar Aswad semula berwarna putih dan digunakan di bumi sehingga berubah menjadi hitam. Kemungkinan karena mulainya dosa dibuat oleh makhluk adalah Adam&Hawa atau anak lelaki mereka. Seperti dijelaskan bahwa Allah memerintah Ibrahim menyuruh Ismail mencari batu Hajar Aswad. Karena sulit ditemukan batu Hajar Aswad di pegunungan tinggi, sehingga dibantu oleh malaikat untuk memberi batu hajar Aswad. Sejarah Batu hajar Aswad Putih di mana sudah dijelaskan para website Islam bahwa Batu Hajar Aswad dari Surga, batu Hajar Aswad diciptakan dari tanah spt diciptakan pada Adam&Hawa di Surga. Membangun ajakan keimanan dalam sembahan di RUMAH Allah dan dari perintahNya membangun tempat Kabah setelah di situ lokasi rumah kemah Adam dulunya sebelum diterjang oleh bencana banjir oleh Nabi Nuh. Rumah kemah Adam lah sangat diramai ramai oleh saudara saudara di masa lalu. Ini sudah dijelaskan sejarah.Walaupun diperintahNya untuk melaksanakan berbagai perintahNya. Di sela sela menuju tempat penyembelihan kurban, Nabi Ibrahim dan Ismail melempar lempar batu batu kerikil pada Iblis. Pelemparan batu batu kerikil pada Iblis, membuktikan Nabi Ibrahim&Ismail tetap mempertahankan pelaksanaan berbagai perintahNya. Allah lah memerintah Nabi Ibrahim menyuruh Nabi Ismail mencari batu Hajar Aswad. Tidak benar bila ada umat non mengira batu Hajar Aswad diberi oleh Iblis. Padahal perintahNya memerintah Nabi Ibrahim&Ismail. Sudah dibuktikan oleh Kitab Al quran, dan kitab lainnya. Beberapa kitab sendiri membicarakan kenabian Ibrahim&Ismail.Karena diperintahNya untuk menaruh batu hajar Aswad di Kabah, Rumah Allah, kemudian dibangun rumah Allah untuk aktivitas Peribadahan masyarakat Islam. Sudah dibuktikan dari sejarah sejarah kebenaran. Sesungguhnya batu Hajar Aswad tidak dapat disamakin dengan patung patung berbentuk hidup/berhala atau binatang.Nabi Ibrahim&Ismail memang membangun tempat Ibadah yang diperuntukan untuk masyarakat beragama ISLAM. Kita seharusnya mengetahui semuanya bahwa kebenaran menurut fakta fakta terletak pada Nabi Ibrahim&Ismail untuk membuktikan Islam yang agama benar karena pembangunan Kabah lah diperintahNya dulu. Itu sudah dijelaskan berkali kali oleh sejarah Islam dan fakta fakta telah dijaga sejak lama.. Kami tidak pernah menyembah batu, Terhadap Kabah, kami sebagai umat Islam hanya bersembahyang dan berdoa pada Allah Tuhan yang tidak berwujud.Al quran sudah banyak mengajak sembahan dan takwa kepadaNya Tuhan yang benar. Tidak ada disebut sebutkan batu hitam disembah di dalam Al quran. Batu mati itu hanya dapat ditaruh di mana Rumah Allah, digunakan untuk Ibadah. Dalam penjelasan akan datang hari kiamat, sesungguhnya semua umat perlu bertakwa kepadaNya atas kehidupan di dunia ini. Berdoa dan pelajari berbagai bentuk dosa terjadi di dunia dengan bersembahyang kepadaNya. Berdoa dan pelajari perbuatan umat umat dari berbagai bentuk dosa terjadi dialami oleh nenek moyang dulu di dunia dengan bersembahyang kepadaNya. Tidak ada tertera di dalam Al quran atau beberapa riwayat Islam bahwa Batu Hajar Aswad telah didapat dari hujan meteor sebab hanya diketahui hanyalah satu Batu Hajar Aswad. Telah dijelaskan bahwa perintahNya untuk mencari batu Hajar Aswad sehingga bantuan malaikat berwujud manusia ganteng.Warna batu hitam menunjukkan mudahnya terjadi dosa dosa dari umat umat manusia dalam bentuk perasaan dan nafsu. Marilah kita saling memaafkan dan memperbaiki diri dalam kekurangan umat umat selama ini. Tidak tertutup kemungkinan bila masyarakat Islam telah memegang kitab suci paling terakhir di dunia.Inilah sejarah patut dapat disadari oleh umat umat dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar