Sabtu, 20 Juni 2015

Keajaiban langit Mekkah tanggal 1 Muharram tahun I Hijriyah



Walaupun saya bukan astronom, saya suka mengamati benda-benda langit, walaupun tidak punya teropong. Saya hanya suka melihat bintang dan bulan ketika malam cerah, dengan bermodalkan program simulasi langit gratis ‘Stellarium’ (bisa didownload di www.stellarium.org, 16MB) dan program ‘Planetarium’ di PDA.
Anyway, ketika teringat bahwa:
1. Makna ‘tersirat’ Ka’bah yang kosong, dalam karya-karya sufistik, adalah qalb yang telah kosong dari segala macam berhala, dan merupakan pintu ke arah ‘vertikal’ menuju Allah.
2. Allah sendiri, dalam karya-karya sufistiknya Rumi, Yunus Emre, Ibnu Arabi dll, sering disimbolkan sebagai Matahari.
3. Hijrah, dalam karya-karya sufistik, sering menjadi simbol ‘mulainya seseorang menuju Allah, mengambil jalan pertaubatan’.
Awalnya iseng saja, tapi saya mencari ketiga hubungan hal ini. Kebetulan saya punya program Stellarium, tadinya saya sekedar ingin melihat seperti apa sih, langit dan bintang-bintang di langit Mekkah, ketika para sahabat Rasulullah berjalan malam hari dalam hijrahnya ke madinah.
***
Sebagai catatan, Rasulullah memerintahkan para sahabat untuk berangsur-angsur berangkat hijrah pada suatu malam di periode setelah kematian Abu Thalib. Diantara yang berangkat lebih awal adalah beberapa sepupu Nabi, Umar ra. beserta keluarganya, dan Usman ra. beserta keluarganya, Hamzah, dan Zaid. Tadinya Abu Bakar akan berangkat, tetapi Rasulullah melarang beliau dan memerintahkan untuk menunggu petunjuk Allah mengenai keberangkatannya.
Lama setelah hijrah, ketika kaum muslimin menentukan penanggalan, malam hijrah pertama yang inilah yang ditetapkan sebagai tanggal pertama penanggalan Islam, yaitu 1 Muharram tahun I Hijriyah. Ini bertepatan dengan tanggal 16 Juli 622 M.
Rasulullah SAW sendiri baru berangkat hijrah bersama Abu Bakar ra. satu bulan kemudian, pada malam ketika terjadi pengepungan pemuda quraisy di rumah Rasulullah, dan Ali saat itu tidur di tempat tidur Rasulullah menyediakan diri sebagai umpan.
Ini terjadi pada saat hilal bulan baru muncul di langit Makkah (Martin Lings/Abu Bakr Sirajuddin, hal. 187). Jadi Rasulullah dan Abu Bakar ra. baru berangkat hijrah satu bulan setelah 1 Muharram, yaitu pada tanggal 1 Safar. Mungkin atas dasar ini pulalah bulan kedua dalam tahun Islam disebut ‘Safar’ yang berarti ‘perjalanan’.
***
Untuk melihat kondisi langit Makkah pada saat itu, ke dalam Stellarium saya masukkan koordinat kota Mekkah: 21 30 N dan 39 54 E. Setelah itu, saya masukkan tanggal pada saat pertama kali para sahabat Rasulullah itu hijrah, yaitu tanggal 1 Muharram tahun I Hiriyah, bertepatan dengan hari Jum’at, tanggal 16 Juli 622 Masehi. Saya set program Stellarium dengan koordinat dan tanggal tersebut, kemudian mensimulasikan keadaan langit pada hari itu.
[**Edit: Koreksi dari Bp. Yorga Effendi: beliau benar, ternyata saya lupa mengeset waktu PC saya dengan waktu Mekkah. Jadi waktu yang tercantum di Stellarium pada peristiwa ini adalah waktu Asia Tenggara, walaupun koordinatnya benar. Jadi seharusnya, pada setiap peristiwa berikut, waktunya dikurangi 4 jam.]
Ternyata, yang terlihat adalah:
Pada hari hijrah itu, di Mekkah matahari baru terbenam sekitar pukul 23.00 [**dikurangi 4 jam, seharusnya 19.00]. Tapi pada jam 16:24 [**dikurangi 4 jam, seharusnya 12:24] waktu setempat, matahari berada tepat di zenith Mekkah. Jadi jika kita saat itu ada di dekat ka’bah, maka pada tanggal 1 Muharram tahun I Hijiyah, akan terlihat matahari ada tepat di atas ka’bah.
Screen capture simulasi langitnya, pada saat matahari tepat di zenith mekkah di tanggal tersebut, gambar besarnya bisa dilihat di sini.
Peristiwa matahari ada di zenith Mekkah memang bukan peristiwa luar biasa, karena terjadi dua kali setiap tahun. Tapi dengan tiga variabel ini, Hari I Hijrah + Ka’bah + Matahari, simbolisasi-simbolisasi yang dikemukakan para sufi besar tadi, dengan dibantu program simulasi langit, jadi lebih bisa dipahami:
“Pada hari hijrah, ka’bah tepat di bawah matahari”, jadi “Dengan memulai perjalanan taubat, melalui qalb yang telah kosong, manusia ‘mi’raj’ (vertikal) menuju Allah”. Para sufi itu tepat sekali simbolisasinya. Luar biasa.
Dan saya merasa, pemilihan hari Jum’at tanggal 16 Juli 622 M sebagai hari pertama hijrah oleh Rasulullah, adalah bukan kebetulan semata. Beliau pasti menerima petunjuk dari Allah ta’ala, apalagi ditambah fakta yang kedua ini:
Bahwa pada tanggal tersebut, ternyata, ketika disimulasikan dengan Stellarium, terlihat bahwa dilangit Mekkah, Jumat tanggal 16 Juli 622 M, nyata bahwa posisi beberapa planet-planet dalam sistem tatasurya kita, bulan dan matahari, jika dilihat dari Makkah, ternyata nyaris ada dalam satu garis lurus dalam satu ruang pandang yang sempit (45 derajat).
Screen capture besarnya nya saya muat di sini.
Hal ini tentu tidak akan diketahui pada saat itu, karena matahari masih bersinar terang. Namun ketika kita bisa mensimulasikan gerak benda langit dengan komputer seperti sekarang, barulah akan nampak bagaimana sebenarnya langit Mekkah pada saat itu, di balik cahaya matahari siang.
Menjelang matahari terbenam di tanggal tersebut di langit Mekkah, semakin nampak bahwa posisi (berturut-turut) planet Mars, Neptunus, Uranus, Bulan, Merkurius, Venus, Saturnus dan Matahari (ditambah dengan bintang Regulus), ternyata di hari itu –nyaris ada dalam satu garis lurus dalam ruang pandang yang sempit–, sekitar 45 derajat, jika dilihat dari bumi, khususnya wilayah Makkah.
Setelah matahari terbenam (kebetulan matahari terbenam paling duluan saat itu) mungkin saja kesejajaran posisi bintang ini akan nampak sedikit lebih jelas bagi para muhajjirin, apalagi posisi bulan pada malam itu adalah bulan mati. Walaupun demikian, saya tidak terlalu yakin mereka akan melihat ini, karena posisi beberapa planet yang relatif dekat dengan matahari.
Ini screen capturenya kesejajaran planet-planet menjelang matahari terbenam saat itu, di atas cakrawala barat:
Gambar besarnya di sini.
Meski saya kurang memahami keistimewaan fenomena ini dari sudut pandang astronomi (saya bukan astronom), disamping memang lintasan semua planit di tatasurya kita (kecuali Pluto) gerak semu dari lintasannya akan nampak berdempetan jika dilihat dari langit bumi, tapi tidak setiap saat planet-planet tersebut terlihat seakan-akan berjejer, berbaris pada satu sudut pandang yang hanya seluas sekitar 45 derajat, di atas cakrawala.
Keunikannya adalah fakta bahwa hari hijrah pertama, posisi matahari yang di atas ka’bah (simbol qalb kosong yang telah menghadap Allah), juga dengan ‘berbaris’nya matahari (simbol Allah), bulan (simbol perkembangan nafs/jiwa pada tasawuf) yang masih gelap, yang posisinya tepat ada di tengah ‘barisan’ beberapa planet, disatukan Allah pada hari itu. Apakah ini juga sebuah ayat yang menyimbolkan sesuatu, yang ‘berbicara’ tentang simbolisasi spiritual sesuatu?
Terjadinya dua peristiwa alam ini pada hari yang sama, di hari pertama hijriyah, bagi saya seakan-akan Allah memberi tanda melalui alam semesta, bahwa memang hari itu adalah hari yang khusus. Bagaikan Allah ‘menggaris-bawahi’ hari itu dengan bukan hanya satu, tapi dua tanda di langit.
Maa khalaqta haadza batilan. Tiada yang sia-sia dari apa yang Dia ciptakan. Allah membimbing para hamba-Nya hingga ke hal yang sekecil-kecilnya, dan menundukkan alam semesta bagi para hamba-Nya yang bertaqwa.
Wassalaam Wr. Wb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar