Minggu, 21 Juni 2015

Hari Raya Nyepi



Umat Hindu memasuki hari raya suci yakni merayakan tahun baru Saka. Prosesi penyambutan tahun baru ini biasa dikenal dengan sebutan Nyepi.
Perayaan keagaaman ini dilakukan penyucian makro dan mikrokosmos untuk mewujudkan kesejahteraan, keseimbangan, dan kebahagiaan lahir batin, terbinanya kehidupan yang berlandaskan kebenaran, kesucian, serta keharmonisan/keindahan.
Artinya, ada upaya maksimal dari makhluk Tuhan untuk memberi sumbangsih tebaik bagi kehidupan ini. Meski dilakukan secara personal dan bersama-sama, dampak nyata dari implikasi religius ini akan terlihat dalam kehidupan sehari-hari selanjutnya. Sebagai Umat beragama, kita semua senantiasa mendapat kewajiban menciptakan sebuah kondisi kehidupan yang bermartabat, jauh dari keburukan fisik maupun jiwa. Berusaha maksimal memberi yang terbaik, dimaksudkan sebagi kesadaran bermasyarakat yang berketuhanan. Mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan personal. Demikian halnya dengan keseimbangan kehidupan dunia dan kehidupan yang lebih abadi. Nyepi mengintrodusir kita kepada sebuah cita-cita kebahagiaan lahir batin di atas prinsip kejujuran, kesucian jiwa raga.
Dengan begitu, Nyepi mengantarkan manusia pada sifat dasar kemanusiaan untuk mencintai kebenaran dan kesucian. Bila ini terpatri dan teraktualisasi pada diri kita, maka kehidupan harmonis senantiasa dapat kita temukan dan rasakan setiap saat. Semua doa yang dipanjatkan kepada Yang Maha Suci, diharapkan pula menginspirasi seluruh makhluk di bumi ini untuk memberikan kebaikan-kebaikan, menghindari keburukan dan perbuatan destruktif. Seluruh kejahatan kepada kemanusiaan maupun alam, menjadi musuh bersama dan selanjutnya berjuang tanpa henti untuk menegakkan kebenaran dan kejujuran.
Segala tahapan upacara, diharapkan memberi berkah bagi kehidupan ini. Memberi kekuatan kepada seluruh manusia di bumi agar senantiasa mengedepankan kedamaian, perdamaian, dan penghargaan bersesama sebagai manusia. Harmonisasi manusia dan alam, sesungguhnya merupakan salah satu inti dari cita-cita hidup di bumi. Itulah sebabnya, tahun baru Saka 1932 dipandang sangat bermakna
sebagai bagian dari momentum menumbuhkan kembali sisi kemanusiaan kita yang sebenarnya; mencintai kebenaran dan kedamaian lahir batin.
Kita mulai lagi mengumpulkan kekuatan memerangi kejahatan-kejahatan, tidak hanya melalui simbol-simbol roh jahat, melainkan juga kejahatan sesungguhnya yang kasat mata. Mari kita mengatakan tidak pada korupsi, pada terorisme, pada pembiaran kemiskinan, pada ketidakberesan pelayanan publik, pada ketidakpedulian kita atas kesulitan orang lain, dan pada seluruh keadaan dimana hal itu berpotensi merusak keindahan serta kedamaian hidup.
Mari kita lawan amarah, kita bungkam kebiasaan jelek, mengedepankan kesantunan. Mari kita munculkan kemuliaan dan menebarkan kebaikan-kebaikan meskipun skalanya relatif kecil. Sejarah telah mengajarkan kepada kita, bahwa perubahan-perubahan besar yang terjadi di dunia ini sesungguhnya berasal dari langkah-langkah kecil perubahan yang kita lakukan secara sadar dan berkesinambungan. Karena itu, sekali lagi, marilah kita jadikan momentum Hari Raya Nyepi ini sebagai wahana memperbaiki diri demi perbaikan kehidupan seluruh makhluk termasuk manusia.
Semoga hari-hari selanjutnya kita semua dapat memadamkan amarah dan tidak justru mengobarkan hawa nafsu, menyeimbangkan aktivitas jasmani dan rohani, menyucikannya dalam kerja-kerja sosial. Demikian pula, secara personal tidak mengobarkan kesenangan semata, melainkan turut meningkatkan kegiatan penyucian diri dengan berdoa kepada Sang Maha Suci.
Selamat Hari Raya Nyepi Saka 1932. (^^)


Entri ini ditulis di Hari Raya dan ber-tag Hari Raya pada 16 Maret 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar