Minggu, 21 Juni 2015

Begawan Wisrawa terkena godaan kasar, halus dan gawat



Begawan Wisrawa adalah seorang penuntut ilmu kesuksesan yang merosot derajat kesiswaannya karena terkena tiga macam godaan (goda kasar, halus dan gawat) serta melanggar Paliwara.

Goda halus (rasa aku, adigang, adigung, adiguna) merasuk ke dalam jiwanya, pada saat dia dapat mengalahkan Jambumangli dalam… mengikuti sayembara untuk mendapatkan Dewi Sukesi, putri Raja Negeri Alengka, Prabu Sumali Raja.
Setelah mampu mewedarkan rahasia Ilmu Sastra Jendra Hayuningrat kepada Dewi Sukesi, Begawan Wisrawa terkena godaan gawat dengan masuknya Roh Bathara Kala dalam tubuhnya, dan Dewi Sukesi pun terkena godaan gawat dengan masuknya Roh Bathari Durga kedalam dirinya dan sekaligus terpeleset godaan kasar dan melanggar Paliwara bab syahwat.
Akibatnya lahirlah putra pertamanya berwujud raksasa yang bertabiat angkara murka bernama Rahwana.

Begawan Wisrawa menyadari kesalahannya, apalagi dia mengikuti sayembara itu hanya untuk mendapatkan Dewi Sukesi yang akan dijadikan permaisuri anaknya yaitu Prabu Danapati, Raja Negeri Lokapala demikian juga dengan Dewi Sukesi yang telah menyadari kekeliruannya dengan tidak dapat mengendalikan nafsu asmaranya.
Begawan Wisrawa dan Dewi Sukesi mensucikan diri meskipun belum sepenuhnya, kemudian lahirlah anak yang kedua meski wujudnya raksasa tetapi sudah berwatak ksatria bernama Kumbakarna.
Sayang kedua insan tersebut (Begawan Wisrawa dan Dewi Sukesi) bergejolak lagi nafsu-nafsunya sehingga lahirlah anaknya yang ketiga seorang raseksi yang buruk rupanya dan sangat jelek wataknya bernama Sarpakenaka.
Menghadapi kenyataan itu barulah Begawan Wisrawa dan Dewi Sukesi benar-benar bertobat, mohon ampun atas segala dosa-dosanya serta membangun watak utama Panca Sila (Rela, Narima, Jujur, Sabar, Budi Luhur), selalu Sadar, Percaya, Taat kepada Tuhan Yang Maha Esa, senantiasa menjauhi larangan Tuhan dan berjalan di Jalan Rahayu ialah Jalan Benar, Jalan Utama yang berakhir dalam kesejahteraan, ketentraman dan kemuliaan abadi ialah dihadirat Tuhan Sejati di Taman Kemuliaan Abadi.

Keduanya menyadari sepenuhnya akan pelaksanaan tugas suci, sebagai suami istri yaitu pria menjadi perantara Tuhan menurunkan Roh Suci dan wanita menjadi perantara Tuhan menerima dan menggarba Roh Suci yang menjadi keturunannya. Tugas suci ini haruslah dilaksanakan dengan penuh kesucian dan kesusilaan dengan dasar kasih sayang sejati. Agar tumbuh berkembang rasa kasih sayang sejati, setiap hari haruslah dipupuk dan disirami dengan a) mong-kinemong (saling menjaga), b) ajen-ingajenan (saling menghormati), c) apura – ingapura (saling memaafkan), d) tansah anuju prana murih agawe suka pirena (senantiasa dapat berkenan dihati agar dapat membuat rasa bahagia).

Dewi Sukesi menyadari sepenuhnya bahwa para wanita / Ibu dapat menjadi mustikanya wanita, menjadi pendidik pertama dan utama. Kedatangan Dewi Arumdati memberi nasihat kepada Begawan Wisrawa dan Dewi Sukesi serta Prabu Danapati tentang Ilmu Kasuksmaan. Begawan Wisrawa dan Dewi Sukesi dianugerahi seorang putra yang elok rupawan, berbudi suci, berderajat luhur dan mulia, berwatak utama, mursid, senantiasa berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, yakni Gunawan Wibisana, seorang purusatama, yang penuh kasih sayang kepada sesama hidup dan menghormati semua agama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar